ASUMSI KITA MENENTUKAN KARIR KITA

Agustus 20, 2022


Harum (bukan nama sebenarnya) adalah seorang ASN yang bertugas di sebuah kementerian. Ia baru saja Kembali bekerja setelah menghabiskan masa cuti melahirkan. Saat kembali bekerja, Harum  merasa bahwa perlakuan dari atasannya mulai berbeda dibandingkan saat ia bekerja sebelum melahirkan. 

Sebelumnya, Harum sering mendapat tugas dari atasannya hingga loading pekerjaannya padat. Namun sekembalinya Harum dari cuti melahirkan, atasannya jarang memberikan tugas pekerjaan padanya dan lebih banyak memberikan tugas pada rekan sejawat Harum.

 

Menghadapi situasi tersebut, Harum tidak berani menyanyakan langsung ke atasannya, apa penyebab perubahan sikap atasannya itu. Harum hanya berasumsi dan menilai bahwa atasan memberi sedikit pekerjaan pada harum dan memberi lebih banyak pekerjaan pada rekan Harum karena atasannya lebih peduli kepada rekannya agar rekan sejawatnya mendapat lebih banyak angka kredit untuk kenaikan golongan. Asumsi itulah yang ia yakini.


Dalam ilmu Neuro linguistic Programming  (NLP), asumsi dan penilaian merupakan bagian dari filter distorsi, yaitu Complex Equivalence. Complex Equivalence adalah proses penyamarataan antara  dua hal yang tak mesti setara. Dalam konteks ini, Harum berasumsi bahwa Ketika atasannya memberi sedikit pekerjaan, itu sama artinya dengan atasannya hanya peduli pada rekan Harum agar rekannya itu mendapat lebih banyak angka kredit untuk kenaikan golongan. 


Menurut teman-teman, dari asumsi yang diyakini oleh Harum ini perasaan atau state apa yang muncul?  Yes! Emosi negatif. Kecewa, sedih, merasa diabaikan dan tidak berdaya. Lalu dari perasaan perasaan ini, perilaku apa yang muncul? Lalu bagaimana kinerjanya, karirnya? Kinerjanya tentu ga optimal, hubungan dengan atasannya dan rekan sejawatnya kemungkinan besar kurang harmonis. 

Jika asumsi yang diyakininya tidak diubah, maka hasilnya atau karirnya sudah bisa kita diprediksi akan seperti apa nantinya. Not good enough tentu.


Bisakah Harum mengubah agar kinerjanya tetap optimal, hubungan dengan dengan atasan dan koleganya tetap harmonis sehingga karirnya berbuah manis? Bisa saja. 


Dalam case Harum ini, kita bisa menggunakan salah satu model dalam NLP yang dikenal dengan Content Reframing, yaitu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda. Content reframing yang kita gunakan dalam konteks ini adalah Redefine. Redifine merupakan proses mencari atau menemukan makna lain selain makna yang dipikirkan saat ini. 


Pada awalnya, perilaku atasan yang memberikan sedikit tugas kepadanya, harum memaknainya sebagai bukti bahwa atasannya hanya peduli pada rekannya dan tidak lagi peduli padanya


Dengan Redifine, harum menemukan makna lain dari perilaku yang ditunjukkan atasannya. Bisa jadi, atasannya memberi dia pekerjaan lebih sedikit, karena atasannya peduli dengan Harum, memahami kebutuhan Harum untuk memberikan lebih banyak waktu berkualitas untuk bayinya.  Harum pun mulai  mengubah asumsi dan keyakinannya.


Dengan adanya makna baru yang Harum temukan dan asumsi baru yang harum yakini ini, apakah ada perubahan pada perasaan atau state Harum? 


Yes! Ternyata dengan mengubah makna, perasaan pun berubah. Yang dirasakan Harum kemudian adalah rasa senang, semangat, peduli dan berdaya. So, dari perasaan baru ini, apa perilaku yang akan muncul? Bagaimana kinerja, bagaimana hubungan atau komunikasi dengan atasan dan koleganya? Bisa kita prediksi tentunya kinerjanya akan lebih optimal dan hubungan atau komunikasi dengan atasannya bisa harmonis Kembali.  


Nah, sampai sini kita dapat mengurai bagaimana asumsi ini bisa memengaruhi perasaannya, tidakannya, kinerjanya dan tentunya juga memengaruhi karirnya. Singkatnya, ternyata asumsi dapat berdampak pada karir seseorang. 


So, pilihlah asumsi yang akan memberdayakan kita, asumsi yang memunculkan berperilaku positif, memberi dampak positif bagi diri dan juga lingkungan kita.



12 Agustus 2022

Wiwi Aoqutiat

NLP Practitioner


You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images