Pembelajaran RA
Agustus 23, 2015
BIDANG PENGEMBANGAN,
PRINSIP, DAN ASAS PEMBELAJARAN
Pembelajaran
di Raudhatul Athfal (RA) memilki karakteristik khas. Kekhasan tersebut
sesuai pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis peserta didik RA.
Oleh sebab itu, pembelajaran di RA hendaknya memperhatikan bidang-bidang
pengembangan, prinsip-prinsip, dan asas-asas berikut.
A. Bidang Pengembangan di RA
Program pembelajaran di RA meliputi dua bidang pengembangan, yaitu (1) pengembangan diri (2) kompetensi dasar.
Bidang
pengembangan diri merupakan kegiatan yang dilakukan secara
terus-menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari peserta didik sehingga
menjadi kebiasaaan yang baik. Bidang Pengembangan diri meliputi aspek
perkembangan agama dan nilai-nilai Islam, serta pengembangan sosial,
emosional, dan kemandirian. Dari aspek perkembangan moral dan
nilai-nilai agama Islam diharapkan akan meningkatkan ketaqwaan peserta
didik terhadap Allah, Tuhan
Yang Maha Esa dan membina sikap peserta didik dalam rangka meletakkan
dasar agar peserta didik menjadi hamba Allah yang shaleh-shalehah, dan
warga negara yang baik.
Aspek perkembangan sosial dan kemandirian dimaksudkan untuk membina peserta didik agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup. Bidang pengembangan diri dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Aspek perkembangan sosial dan kemandirian dimaksudkan untuk membina peserta didik agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup. Bidang pengembangan diri dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Kegitan rutin adalah kegiatan yang dilakukan di RA setiap hari, misalnya berbaris, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, mengulang Ayat dari surat-surat pendek yang sudah diajarkan sebelumnya, menyanyikan lagu-lagu yang dapat membangkitkan motivasi diri,
lagu-lagu religius, berjabat tangan, dan mengucapkan salam baik kepada
sesama peserta didik maupun kepada guru, dan mengembalikan mainan pada
tempatnya.
b. Kegiatan spontan adalah
kegiatan yang dilakukan secara spontan, misalnya meminta tolong dengan
baik, mengucapkan terima kasih, permisi, meminta maaf bila bersalah,
menawarkan bantuan dengan baik, memberi ucapan selamat kepada teman yang
mencapai prestasi baik, dan menjenguk teman yang sakit.
c. Pemberian teladan
adalah kegiatan yang dilakukan guru dengan memberi teladan/contoh yang
baik kepada peserta didik, misalnya: mengucapkan kata-kata yang terpuji (kalimah thayyibah),
memungut sampah yang dijumpai di lingkungan RA, mengucapkan salam bila
bertemu dengan orang lain, rapi dalam berpakaian, hadir di RA tepat
waktu, santun dalam bertutur kata, dan tersenyum ketika berjumpa dengan
siapapun.
d. Kegiatan terprogram
adalah kegiatan yang diprogram dalam kegiatan pembelajaran (perencanaan
semester, satuan kegiatan mingguan dan satuan kegiatan harian) di RA,
misalnya: hafalan surat-surat pendek dalam Alquran, gerakan-bacaan
salat, hafalan doa harian, makan bersama, menggosok gigi, menjaga
kebersihan lingkungan, dan lain-lain. ( ditinjau kembali --- merujuk
pada pedoman pembiasaan ).
2. Bidang Pengembangan Kompetensi dasar
Bidang
pengembangan kompetensi dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh
guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai
dengan tahap perkembangannya yaitu berbahasa, kognitif, fisik/motorik,
dan seni.
a. Agama Islam
Pengembangan agama Islam bertujuan agar peserta didik mampu mengenali, memahami serta melaksanakan dasar-dasar rukun Islam dan amal saleh.
b. Berbahasa
Pengembangan
kemampuan berbahasa bertujuan agar peserta didik mampu mengungkapkan
pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, berkomunikasi secara
efektif, dan membangkitkan minat peserta didik untuk berbahasa
Indonesia yang baik dan benar.
c. Kognitif
Pengembangan
kemampuan kognitif bertujuan agar peserta didik mampu mengolah
perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan
masalah, mengembangkan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang
dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan, dan persiapan
pengembangan kemampuan berpikir teliti.
d. Fisik/motorik
Pengembangan
fisik/motorik bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar
dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh
dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup
sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang sehat, kuat, dan
terampil.
e. Seni
Pengembangan
seni bertujuan agar peserta didik dapat menciptakan sesuatu berdasarkan
hasil imajinasinya dan dapat menghargai hasil kreativitas orang lain.
Pengembangan kompetensi dasar diprogramkan dalam perencanaan semester, perencanaan mingguan dalam bentuk satuan kegiatan mingguan (SKM) dan perencanaan harian dalam bentuk satuan kegiatan harian (SKH) yang dilaksanakan peserta didik dalam pembelajaran sehari-hari di RA.
B. Prinsip-prinsip Pembelajaran di RA
Dalam melaksanakan pembelajaran di RA perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Bermain Sambil Belajar dan Belajar Seraya Bermain
Dunia peserta didik adalah bermain. Bermain
merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan sesuai
kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Melalui bermain, peserta
didik memperoleh dan memproses informasi belajar hal-hal baru dan
melatih melalui keterampilan yang ada. Bermain disesuaikan dengan
perkembangan peserta didik dimulai dari bermain sambil belajar (unsur
bermain lebih besar) ke belajar sambil bermain (unsur belajar lebih
besar). Permainan yang digunakan di RA adalah permainan yang merangsang
kreativitas peserta didik dan menyenangkan.
2. Pembelajaran Berorientasi pada Perkembangan Peserta didik
Peserta didik RA memiliki karakteristik perkembangan fisik dan psikis yang khas. Oleh karena itu, guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
3. Pembelajaran Berorientasi pada Kebutuhan Peserta didik
Pembelajaran di RA hendaknya berorientasi pada kebutuhan peserta didik. Peserta didik membutuhkan motivasi
untuk membantu pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis secara
optimal. Oleh sebab itu, pembelajaran di RA dirancang untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
4. Pembelajaran Berpusat pada Peserta didik
Pembelajaran
di RA hendaknya menempatkan peserta didik sebagai subjek pendidikan.
Oleh karena itu, semua kegiatan pembelajaran diarahkan atau berpusat
pada peserta didik. Dalam pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,
peserta didik diberi kesempatan untuk menentukan pilihan, mengemukakan
pendapat, dan aktif melakukan atau mengalami sendiri. Guru bertindak
sebagai pembimbing dan fasilitator.
5. Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Tematik
Pembelajaran
di RA menggunakan pendekatan tematik. Tema sebagai sarana atau wadah
untuk mengenalkan berbagai konsep pada peserta didik, menyatukan isi
kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan kata
peserta didik, dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Tema dipilih
berdasarkan prinsip kedekatan, kesederhanaan, kemenarikan, dan keinsidentalan.
Apabila guru mengalami kesulitan dalam menghubungkan indikator dengan
tema, maka yang diutamakan adalah indikator yang akan dicapai, bukan
tema.
6. Kegiatan Pembelajaran dengan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)
Pembelajaran
di RA hendaknya aktif, kreatif, efektif, dan menyenagkan. Oleh karena
itu, guru hendaknya mampu menciptakan kegiatan-kegiatan yang menarik,
yang membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik, memotivasi peserta
didik untuk berpikir kritis, kreatif, dalam suasana yang menyenagkan.
7. Pembelajaran Mengembangkan Kecakapan Hidup
Pembelajaran
diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup. Pengembangan kecakapan
hidup dilakukan secara terpadu, baik melalui pembiasaan maupun
pengembangan kompetensi dasar. Misalnya: menggosok gigi, kecakapan
memotong buah, membuang sampah di tempatnya, membersihkan lantai,
bekerjasama dengan peserta didik lain yang berguna untuk kelangsungan
hidup peserta didik di masyarakat.
8. Pembelajaran Didukung oleh Lingkungan yang Kondusif
Lingkungan
pembelajaran harus diciptakan sedemikian rupa agar menarik dan
menyenangkan peserta didik. Lingkungan RA ditata dengan memperhatikan
keamanan peserta didik dalam bermain. Penataan ruang kelas disesuaikan
dengan ruang gerak peserta didik dalam bermain agar peserta didik dapat
berinteraksi secara optimal dengan guru dan peserta didik lain.
Pembelajaran
hendaknya memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya.
9. Pembelajaran yang Demokratis
Pembelajaran yang demokratis memungkinkan terjadinya interaksi yang optimal antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru dan peserta didik sama-sama
berkepentingan untuk menciptakan suasana belajar yang akomodatif dan
terbuka. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran. Oleh sebab itu, guru
hendaknya selalu memberi kesempatan kepada peserta didik untuk aktif
memberikan reaksi, dan memberi tanggapan tanpa merasa takut.
10. Pembelajaran yang Bermakna
Pembelajaran yang brmakna merupakan suatu proses pembelajaran yang efektif dan membawa pengaruh perubahan terhadap tingkah laku peserta didik
dalam mencapai kompetensi atau tujuan yang telah dirumuskan. Perubahan
tingkah laku dimaksudkan berupa hasil belajar yang mencakup ranah
afektif, kognitif, dan psikomotorik. Keterlibatan peserta didik secara
aktif dalam proses pembeljaran, dapat mengembangkan kesadaran dan
merasakan adanya perubahan dalam dirinya, untuk memperoleh
pengalaman baru yang bermanfaat bagi kehidupannya. Sehubungan dengan hal
tersebut, guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran hendaknya mampu
mengembangkan pola interaksi antara berbagai pihak yang terlibat di
dalamnya. Guru harus pandai memotivasi peserta didik sehingga secara
mental dapat terbuka, kreatif, responsif, dan interaktif dalam proses
pembelajaran.
C. Asas-Asas Pembelajaran di RA
1. Asas Apersepsi
Kegiatan
mental peserta didik dalam mengolah hasil belajar dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Oleh sebab
itu, pembelajaran yang dilakukan guru hendaknya memperhatikan
pengetahuan dan pengalaman awal agar peserta didik bisa mencapai hasil
belajar secara optimal.
2. Asas Kekonkretan
Melalui
interaksi dengan objek-objek nyata dan pengalaman konkret, pembelajaran
perlu menggunakan berbagai media dan sumber belajar agar apa yang
dipelajari peserta didik menjadi lebih bermakna, misalnya: mengajak anak
untuk praktik salat di masjid/musala, menggunakan gambar binatang untuk
mempelajari binatang, membawa binatang (hidup) ke dalam kelas,
menggunakan audio visual untuk belajar tentang benda-benda ruang
angkasa. Untuk mempelajari tentang air, peserta didik diajak untuk
praktik berwudu, praktik mengenal benda terapung dan tenggelam, dan
lain-lain.
3. Asas Motivasi
Belajar
akan optimal jika peserta didik memiliki dorongan untuk belajar. Oleh
sebab itu, pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan kebutuhan,
minat, dan kemauan peserta didik. Misalnya, memberi penghargaan kepada
peserta didik yang berprestasi dengan pujian atau hadiah; memajang
setiap karya peserta didik di kelas; lomba antar kelompok; melibatkan
setiap peserta didik pada berbagai kegiatan lomba dan kegiatan RA;
melakukan pekan unjuk kemampuan peserta didik.
4. Asas Kemandirian
Kemandirian
merupakan upaya yang dimaksudkan untuk melatih peserta didik dalam
memecahkan masalahnya. Oleh sebab itu, pembelajaran hendaknya dirancang
untuk mengembangkan kemandirian peserta didik, misalnya tata cara makan,
menggosok gigi, memakai baju, melepas dan memakai sepatu, buang air
kecil dan buang air besar, merapikan mainan setelah dipakai, dan
lain-lain.
5. Asas Kerjasama (Kooperatif)
Kerjasama
menjadi asas karena dengan bekerja sama keterampilan sosial peserta
didik akan berkembang optimal. Oleh sebab itu, pembelajaran hendaknya
dirancang untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik,
misalnya bertanggung jawab terhadap kelompok, menghargai pendapat
peserta didik lain, aktif dalam kerja kelompok, membantu peserta didik
lain, dan lain-lain.
6. Asas Perbedaan Individu
Perbedaan
individu menjadi asas karena setiap peserta didik itu bersifat unik,
berbeda dengan peserta didik yang lain. Oleh sebab itu, pembelajaran
hendaknya memperhatikan perbedaan individu, misalnya perbedaan latar
belakang keluarga, perbedaan kemampuan, perbedaan minat, perbedaan gaya
belajar, dan lain-lain agar peserta didik mencapai hasil belajar secara
optimal.
7. Asas Keterpaduan
Korelasi
menjadi asas karena aspek pengembangan yang satu dengan aspek
pengembangan yang lain saling berkaitan. Oleh sebab itu, pembelajaran di
RA dirancang dan dilaksanakan secara terpadu. Misalnya, perkembangan
bahasa peserta didik berkaitan erat dengan perkembangan kognitif,
perkembangan kognitif peserta didik berkaitan erat dengan pengembangan diri peserta didik, dan lain-lain.
8. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Belajar
sepanjang hayat menjadi asas karena proses belajar peserta didik tidak
hanya berlangsung di RA tetapi sepanjang hayat peserta didik. Oleh sebab
itu, pembelajaran di RA hendaknya diupayakan untuk membekali peserta
didik agar bisa belajar sepanjang hayat dan mendorong peserta didik
selalu ingin dan berusaha belajar kapan pun dan di mana pun.
Belajar sepanjang hayat berorientasi pada Hadis Rasulullah SAW, yang berbunyi:
Uthlubul ilma minal mahdi ilal lahdi
“ Tuntutlah ilmu dari mulai buaian sampai ke liyang lahat”
0 comments